SISTEM EKSKRESI PADA
MANUSIA
Selamat berjumpa siswa SMP! Selamat bergabung dengan
postingan Saya yang berjudul SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA.
Di dalam tubuh kita terjadi berbagai proses metabolisme
yang disamping menghasilkan zat-zat yang berguna, juga menghasilkan zat-zat
sisa. Zat-zat sisa ini tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh kita. Jika zat-zat yang
tidak dibutuhkan ini tidak dikeluarkan dari dalam tubuh, maka tubuh kita akan
mengalami banyak gangguan. Oleh karena itu kita dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa
alat pengeluaran zat-zat sisa metabolisme dari dalam tubuh, yaitu berupa organ
ginjal, paru-paru, hati, dan kulit. Nah! Alat pengeluaran zat-zat sisa
tersebut, membangun suatu sistem yang dinamakan sistem ekskresi.
Di dalam modul ini kamu akan mempelajari sistem ekskresi
pada tubuh manusia. Sehingga kamu diharapkan dapat mendeskripsikan sistem
ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Adapun isi materi yang
akan kamu pelajari pada modul ini adalah :
A. Pengertian sistem ekskresi
B. Alat ekskresi manusia
C. Kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi
A. Pengertian
Sistem Ekskresi
Di dalam
tubuh kita, terjadi proses pembakaran (oksidasi) sari-sari makanan agar
diperoleh zat gizi dan atau energi yang berguna bagi tubuh. Tetapi dalam proses
metabolisme tersebut dihasilkan pula zat-zat yang tak berguna bagi tubuh atau
sebagai ‘sampah’. Zat-zat yang tidak berguna itu apabila tetap tinggal di dalam
tubuh kita akan membahayakan kesehatan. Karena itulah, zat-zat sisa tersebut
harus dikeluarkan dari tubuh. Organ yang berfungsi mengangkut zat-zat sisa itu
adalah darah untuk dibawa ke alat-alat pengeluaran, yaitu ginjal, hati,
paru-paru, dan kulit. Organ atau alat-alat pengeluaran itu membangun sistem
ekskresi.
Siswa SMP,
tahukah kamu apa yang dimaksud dengan sistem ekskresi? Sistem Ekskresi adalah
proses pengeluaran zat sisa metabolisme, melalui alat-alat ekskresi. Zat-zat
sisa tersebut diantaranya adalah urine, cairan empedu, karbondioksida dan uap
air, serta keringat. Dan organ tubuh manusia yang bertugas sebagai alat
pengeluaran zat-zat sisa tersebut adalah ginjal, hati, paru-paru, dan kulit.
Gb.1. Organ-organ tubuh manusia yang berfungsi sebagai alat ekskresi.
B. Alat Ekskresi
Manusia
Alat atau
organ ekskresi manusia meliputi: ginjal, hati, paru-paru, dan kulit. Alat
ekskresi manusia tersebut memiliki struktur khusus sesuai dengan fungsinya
yaitu mengeluarkan zat sisa tertentu yang sudah tidak dibutuhkan tubuh. Ginjal
mengeluarkan zat sisa berupa urine, hati mengeluarkan zat sisa berupa cairan
empedu, paru-paru mengeluarkan zat sisa berupa gas karbondioksida (CO2) dan uap
air, sedangkan kulit mengeluarkan zat sisa berupa keringat. Hal ini tentu sudah
kalian mengerti, tetapi tahukah kamu bagaimana proses dari setiap alat atau
organ ekskresi tersebut dapat mengeluarkan zat sisa tersebut? Mari pelajari
uraian materinya berikut ini :
a. Ginjal
Ginjal atau ren sering disebut juga sebagai buah
pinggang. Ginjal berfungsi sebagai organ ekskresi yang penting, dimana zat sisa
yang dikeluarkan adalah berupa urin. Fungsi ginjal tersebut jika dikhususkan
adalah sebagai pengatur keseimbangan air, pengaturan konsentrasi garam dalam
darah, dan menjaga keseimbangan asam-basa darah. Ginjal berjumlah 2 buah,
terletak di kanan dan kiri tulang pinggang yaitu di dalam rongga perut pada
dinding tubuh bagian belakang, dimana ginjal yang kiri letaknya agak lebih
tinggi dari ginjal yang kanan. Setiap ginjal panjangnya 6 – 7,5 cm, tebalnya
1,5 – 2,5 cm dan beratnya kira-kira 140 gram (pada orang dewasa). Ginjal
berbentuk seperti kacang merah (ercis), dan berwarna merah keunguan.Setelah
mengetahui keadaan morfologi ginjal pada tubuh manusia. Ginjal tersusun oleh 2 lapisan yaitu korteks,
dan medula. Lapisan ginjal yang terluar
disebut korteks (kulit ginjal), lapisan dalam disebut medula (sumsum ginjal).
Bagian paling dalam, berupa rongga disebut pelvis renalis. Satuan struktural dan fungsional yang terkecil
di dalam ginjal disebut nefron. Tahukah kamu berapa jumlah nefron pada sebuah
ginjal manusia? Ya, sekitar 1 juta nefron terdapat pada sebuah ginjal manusia!
Tiap nefron itu terdiri atas badan Malpighi (badan renalis). Dan badan Malpighi
tersusun dari kapsula Bowman dan glomerulus di bagian korteks. Sedangkan bagian
medula mengandung banyak pembuluh-pembuluh tubulus dan lengkung Henle. Tubulus
yang dimaksud adalah tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, dan
saluran pengumpul (tubulus kolektivas). Simpai (kapsula) Bowman berdinding rangkap
dengan glomerulus di dalam cekungan kapsulnya. Apakah glomerulus itu?
Glomerulus merupakan untaian pembuluh kapiler darah yang dindingnya bertaut
menjadi satu dengan dinding kapsula Bowman, untuk memudahkan merembesnya air
serta zat-zat yang terlarut dalam darah ke dalam ruang kapsula Bowman yang
berdinding rangkap tersebut. Pembuluh darah arteri yang bercabang-cabang
menjadi sejumlah arteriola disebut arteriola aferen yang menuju glomerulus.
Arteriola aferen ini bercabang-cabang lagi menjadi kapiler glomerulus.
Selanjutnya kapiler glomerulus ini bersatu kembali menjadi arteriola eferen
yang meninggalkan glomerulus yang membelit atau bergelung berupa tubulus
kontortus proksimal, lengkung Henle, dan tubulus kontortus distal yang membelit
/ bergelung dari suatu nefron. Dan akhirnya bermuara ke dalam venula serta
bergabung menjadi vena renalis menuju vena cava inferior (vena kava bawah).
Lalu, apakah lengkung Henle itu? Lengkung Henle adalah
bagian saluran (tubulus) ginjal yang melengkung pada daerah medula dan
berhubungan dengan tubulus kontortus proksimal maupun tubulus kontortus distal
di daerah korteks. Bagian lengkung Henle ada dua, yaitu lengkung Henle naik
(askendens /acenden) dan lengkung Henle turun (deskendens /decenden). Siswa
SMP, tahukah kamu bahwa panjang seluruh tubulus pada ginjal orang dewasa jika
diuraikan dapat mencapai 7,5 – 15 km!! Pada ginjal terdapat arteri renal (arteri ginjal) yang
menyuplai darah. Masing-masing arteri renal ini memiliki jaringan pembuluh
(kapiler) di korteks. Sebagai akibatnya, bagian korteks tampak lebih gelap
daripada bagian medula.
-
Proses Pembentukan
Urine di Dalam Ginjal
Di dalam ginjal terjadi serangkaian proses pembentukan
urine. Proses pembentukan urine meliputi 3 tahap yaitu :
1) Tahap penyaringan (filtrasi)
Tahap
filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya terdapat glomerulus yang
dikelilingi sangat dekat oleh kapsula Bowman . Proses filtrasi: Ketika darah
yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat-zat lain serta sel-sel darah dan
molekul protein masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong
air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut, melewati pori-pori endotelium
kapiler glomerulus, kecuali sel-sel darah dan molekul protein. Kemudian menuju
membran dasar dan melewati lempeng filtrasi, masuk ke dalam ruang kapsula
Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat
glomerulus atau urine primer. Urine primer ini mengandung: air, protein,
glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik. Glukosa, ion anorganik dan asam
amino masih diperlukan tubuh.
2) Tahap penyerapan kembali (reabsorpsi)
Filtrat
glomerulus atau urine primer mengalami tahap reabsorpsi yang terjadi di dalam
tubulus kontortus proksimal, dan lengkung Henle. Proses tahap ini dilakukan
oleh sel-sel epitelium di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi
tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi antara lain
adalah: glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca, 2+, Cl-, HCO3-, dan HbO42-,
sedangkan kadar urea menjadi lebih tinggi.
Proses reabsorpsi :
mula-mula urine primer masuk dari glomerulus ke tubulus kontortus proksimal,
kemudian mulai direabsorpsi hingga mencapai lengkung Henle. Zat-zat yang
direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah glukosa, ion Na+, air, dan ion
Cl-. Setiba di lengkung Henle, volume filtrat telah berkurang. Hasil tahap
reabsorpsi ini dinamakan urine sekunder atau filtrat tubulus. Kandungan urine
sekunder adalah air, garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi
warna dan bau pada urine. Urine sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus
distal dan terjadi lagi penyerapan zat-zat yang tidak digunakan dan kelebihan
air diserap sehingga terbentuk urine.
3) Tahap pengeluaran zat (augmentasi)
Urine sekunder dari
tubulus kontortus distal akan turun menuju saluran pengumpul (tubulus
kolektivas). Dari tubulus kolektivas, urine dibawa ke pelvis renalis, lalu ke
ureter menuju kantung kemih (vesika urinaria). Kantung kemih merupakan tempat
penyimpanan sementara urine. Jika kantung kemih sudah penuh oleh urine, maka
urine harus dikeluarkan dari tubuh, melalui saluran uretra.
-
Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Volume Urine:
a) Jumlah air yang diminum.
b) Jumlah garam yang harus dikeluarkan dari darah agar
tekanan osmosis tetap.
c) Hormon antidiuretik (Anti Diuretic Hormone = ADH) yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofisis di bagian belakang otak.
b. Hati
Sebagai alat ekskresi, hati (hepar) mengeluarkan cairan
empedu sekitar ½ L (setengah liter) setiap harinya. Apakah cairan empedu itu?
Cairan empedu adalah cairan berwarna kehijauan, rasanya pahit, memiliki pH
7–7,6 dan mengandung kolesterol, garam-garam mineral, garam empedu, serta zat
warna empedu yang disebut bilirubin dan biliverdin.
Empedu yang dihasilkan oleh hati ini disimpan di dalam
kantung empedu (vesika felea), dan dikeluarkan ke usus halus (duodenum = usus
12 jari) untuk membantu proses sistem pencernaan. Di dalam tubuh, ia terletak
di dekat hati, pancreas, dan duodenum.
-
Fungsi empedu dalam
proses sistem pencernaan adalah:
a) Mengemulsikan lemak
b) Mengaktifkan lipase
c) Membantu daya absorpsi lemak pada dinding usus halus
Selain sebagai penghasil empedu, hati merupakan organ
perombak sel darah merah yang sudah tua dan rusak. Sekitar 10 juta sel darah
merah yang sudah tua dan atau yang sudah rusak dirombak oleh sel-sel histiosit
dalam hati. Sementara itu hemoglobin sel darah merahnya dipecah menjadi zat
besi, globin, dan hemin.
Selanjutnya zat besi akan diambil dan disimpan dalam hati
untuk dikembalikan ke sumsum tulang. Sedangkan globin akan digunakan kembali
untuk metabolisme protein atau untuk membentuk hemoglobin baru. Dan hemin akan
diubah menjadi zat warna empedu yang disebut bilirubin dan biliverdin. Zat
warna empedu ini akan dikeluarkan ke saluran pencernaan (usus 12 jari) dan
dioksidasi menjadi urobilin yang berwarna kuning coklat yang berperan sebagai
pewarna urin dan feses.
Organ hati juga merupakan satu-satunya kelenjar yang
menghasilkan enzim orginase. Enzim orginase berfungsi untuk menguraikan asam
amino arginin menjadi asam amino ornitin + urea. Ornitin tersebut berfungsi
mengikat NH3 dan CO2 yang bersifat racun dalam darah. Di dalam sel-sel tubuh,
ornitin diubah menjadi asam amino sitralin yang juga dapat mengikat NH3.
Sementara itu, urea dari hati diangkut ke ginjal untuk dikeluarkan bersama
urine.
c. Paru-Paru
Zat sisa (ekskret) dari paru-paru adalah CO2 dan H2O (uap
air) yang dihasilkan dari proses pernapasan. Pada prinsipnya, CO2 diangkut
dengan cara sebagai berikut, yaitu 86 -88% CO2 diangkut melalui plasma darah
dalam bentuk ion H+ dan HCO3-. CO2 dapat larut membentuk asam karbonat. Asam
karbonat yang terbentuk dalam darah akan terurai menjadi ion H+ dan HCO3-.
Selanjutnya, ion H+ yang bersifat racun diikat oleh hemoglobin, sedangkan
HCO3- keluar dari sel darah merah dan
masuk ke dalam plasma darah. Reaksi
kimia tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
CO2 + H2O D H2CO3
D H+ + HCO3-
Selanjutnya bila aliran darah kembali ke paru-paru, darah
melepaskan ± 10% CO2 ke udara melalui rongga hidung, sedangkan ± 90% CO2 tetap
tertahan dalam bentuk ion bikarbonat sebagai buffer (penyangga) darah yang
penting yaitu substansi yang menjaga pH darah agar tidak berubah-ubah.
d. Kulit
Sebagai alat ekskresi, kulit mengeluarkan keringat. Luas
kulit pada manusia dewasa sekitar 20.000 cm2 dan tebalnya sekitar
0,01 cm hingga 0,5 cm. Banyaknya keringat yang dihasilkan atau dikeluarkan
seseorang dipengaruhi antara lain oleh aktivitas tubuh, suhu lingkungan,
makanan, keadaan kesehatan dan goncangan emosi. Keringat manusia terdiri dari
air, garam-garam terutama garam dapur (NaCl), sisa metabolisme sel, urea, serta
asam.
Kulit manusia tersusun oleh 2 lapisan kulit yaitu kulit
ari (epidermis) dan kulit jangat (dermis), berikut adalah uraian kedua lapisan
kulit tersebut.
a) Kulit ari (Epidermis)
Kulit ari tersusun oleh 2 lapisan yaitu lapisan tanduk
(stratum korneum) dan lapisan dalam (malpighi). Lapisan tanduk merupakan
jaringan yang mati dan tersusun dari berlapis-lapis jaringan sel pipih. Lapisan
tanduk sering mengelupas dan digantikan oleh jaringan di bawahnya. Fungsi
lapisan tanduk adalah untuk melindungi sel-sel di bawahnya dan mencegah
masuknya bibit penyakit. Sementara itu lapisan malpighi terdiri dari sel-sel
yang aktif membelah dan menghasilkan pigmen melanin. Selain itu juga terdapat
stratum lusidum dan stratum granulosum
yang mengandung pigmen serta stratum germinativum yang berfungsi
membentuk sel-sel baru ke arah luar. Perbedaan jumlah pigmen menyebabkan
perbedaan warna kulit.
b) Kulit jangat (Dermis)
Di dalam
dermis terdapat pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar keringat
(glandula sudorifera), serta kelenjar minyak (glandula sebassea) yang terletak
dekat akar rambut dan berfungsi meminyaki rambut.
Kelenjar
keringat berbentuk sederhana berupa pipa memanjang dari lapisan Malpighi masuk
ke dalam bagian dermis. Pangkal kelenjarnya menggulung dan berhubungan dengan
kapiler darah dan serabut saraf simpatik. Dari kapiler darah inilah kelenjar
keringat menyerap cairan jaringan yang terdiri dari air dan ± 1% larutan garam
dengan sedikit urea. Cairan jaringan tersebut dikeluarkan sebagai keringat
melalui saluran keringat ke permukaan kulit.
Siswa
SMP, tahukah kamu berapa volume keringat yang dapat dihasilkan oleh kelenjar
keringat orang dewasa setiap harinya? Sekitar 2 juta kelenjar keringat yang
tersebar di seluruh dermis manusia dewasa dapat menghasilkan keringat ± 225 ml
setiap harinya.
Pengeluaran keringat yang rutin tidak dipengaruhi oleh
saraf. Keluarnya keringat akibat pengaruh pusat pengaturan suhu badan dari
sistem saraf pusat (hipotalamus), dan enzim brandikinin menghasilkan keringat
lebih banyak. Pengaturan oleh saraf pusat ini dirangsang oleh perubahan suhu di
pembuluh darah. Keluarnya keringat yang berlebihan akibat rangsangan saraf
simpatik pusat pengatur suhu tersebut, dapat terlihat dengan menjadi merahnya
warna kulit akibat pengembangan pembuluh darah di lapisan dermis. Pengeluaran
keringat yang berlebihan (pada pekerja keras) dan orang yang terkena terik
matahari dapat mengakibatkan hilangnya kadar garam dari darah, sehingga
berakibat kejang, dan pingsan. Sebaliknya, penyempitan pembuluh darah
menyebabkan kulit menjadi pucat misalnya karena ketakutan.
Selain sebagai alat pengeluaran, kulit juga berfungsi :
a) Sebagai pengatur suhu tubuh
b) Tempat penyimpanan cadangan makanan
c) Pelindung untuk mengurangi hilangnya air dalam tubuh
d) Melindungi tubuh dari gesekan, penyinaran, panas, zat-zat
kimia dan kuman-kuman
e) Indra peraba, karena di dalam kulit terdapat saraf perasa
dingin (korpuskula krausse), saraf perasa tekanan (korpuskula paccini), maupun
saraf perasa panas (korpuskula ruffini).
C. Kelainan dan
Penyakit Pada Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi manusia dapat mengalami gangguan dan
kelainan, penyebabnya adalah dapat karena berbagai hal. Gangguan pada sistem
ekskresi dapat terjadi pada ginjal, hati, paru-paru atau pada kulit, yaitu
berupa penyakit ataupun kelainan lainnya.
a) Ginjal
·
Batu ginjal
·
Gagal ginjal.
b) Hati
·
Hepatitis (infeksi
virus)
c) Paru-Paru
· TBC / tuberculosis (infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculose)
·
Pneumonia (infeksi
bakteri Diplococcus pneumoniae)
· Asma (penyempitan
saluran pernapasan karena terbentuknya lendir akibat alergi, dan kanker
paru-paru)
d) Kulit
·
Infeksi oleh jamur,
kerusakan akibat luka bakar, dan kanker kulit.
Siswa SMP, demikian artikel mengenai Sistem Ekskresi Pada
Manusia. Dengan demikian kamu diharapkan dapat menjalani hidup secara baik dan
sehat agar terhindar dari berbagai macam penyakit tersebut, atau lebih jauh
lagi kamu dapat menjadi seorang tenaga medis yang ahli kelak!
Sampai jumpa!!!!!
(Jesica Dominiq Mozzarella)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar